Nilai Intrinsik dan Ekstrinsik
Seseorang terdorong untuk mengejar sukses materi pada dasarnya tergantung pada nilai-nilai hidup yang diyakini. Tim Kasser, pakar yang banyak melakukan penelitian mengenai tujuan dan nilai-nilai hidup, menggolongkan tujuan dan nilai-nilai hidup menjadi dua jenis yang bersifat dikotomis (saling berseberangan): ekstrinsik dan intrinsik.
Nilai-nilai dan tujuan hidup ekstrinsik yang kuat tampak pada individu yang mengarahkan hidupnya pada budaya konsumtif dan mengorganisasi hidupnya di seputar uang, kekuasaan, citra, dan status (the goods life). Ini disebut ekstrinsik karena fokus hidupnya adalah memperoleh penghargaan dan hal-hal yang menyenangkan (rewards) yang bersifat eksternail.
Nilai-nilai dan tujuan hidup intrinsik mengarahkan kehidupan untuk pertumbuhan pribadi, hubungan erat, dan kontribusi terhadap komunitas. Hal ini lebih sesuai dengan pandangan Psikologi Positif mengenai hidup bahagia (the good life). Disebut intrinsik karena memberikan kepuasan secara lebih melekat (inheren) dan fokusnya adalah mencapai kepuasan psikologis yang terdalam yang diperlukan untuk hidup bahagia atau hidup sejahtera.
Bagaimana kaitan antara nilai-nilai hidup dengan kesejahteraan hidup? Beberapa hasil riset yang dilakukan oleh Kasser dan kawan-kawan maupun oleh para peneliti lain menunjukkan bahwa tujuan dan nilai-nilai ekstrinsik banyak berkaitan dengan kondisi psikologis yang tidak sejahtera; dan sebaliknya tujuan dan nilai-nilai intrinsik banyak berkaitan dengan kondisi psikologis yang sejahtera.
Dalam penelitian awalnya Kasser menemukan bahwa pada siswa yang berorientasi ekstrinsik memiliki tingkat vitalitas dan aktualisasi diri yang lebih rendah, dan sebaliknya memiliki tingkat kecemasan dan depresi. Ini berkebalikan dengan siswa yang berorientasi intrinsik. Demikian pula temuannya pada orang-orang yang lebih dewasa.
Dari berbagai penelitian Kasser selanjutnya maupun dari peneliti lain ditemukan bahwa individu yang menempatkan nilai ekstrinsik lebih tinggi daripada nilai intrinsik, menunjukkan kualitas hidup yang lebih rendah, yaitu: kepuasan hidup yang lebih rendah, kurang bahagia, kurangnya pengalaman emosi yang menyenangkan dan lebih banyak mengalami emosi yang tidak menyenangkan, memiliki gejala gangguan fisik lebih banyak, lebih banyak menyalahgunakan obat dan alkohol, dan lebih banyak memiliki gangguan perilaku.
Temuan penting lainnya, dari Cohen dan Cohen, remaja yang memuja berbagai ciri materialistik atau yang memiliki prioritas hidup menjadi kaya, lebih cenderung memiliki gejala-gejala kepribadian dan perilaku tidak sehat, seperti lemahnya perhatian, narsistik, kecemasan akan keterpisahan, dan sebagainya.
Masih banyak temuan lainnya yang diteliti dengan berbagai metode dan kelompok subjek (siswa, orang dewasa, kalangan bisnis, dan dari berbagai negara), tetapi semuanya menegaskan hasil yang sama, bahwa ada kaitan erat antara tujuan dan nilai-nilai hidup dengan kebahagiaan atau kesejahteraan hidup seseorang.
SUMBER : http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/Cybermed/detail.aspx?x=Health+News&y=Cybermed|0|0|5|4439
Tidak ada komentar:
Posting Komentar